Tulisan 9
MASALAH – MASALAH POKOK PEREKONOMIAN INDONESIA
Pemerintah
adalah ibarat seorang nahkoda yang sedan menjalankan sebuah kapal. Di dalam
jangka pendek ia harus dapat menjaga kondisi kapalnya akan terhindar dari
berbagai ancaman selama perjalanan. Sedangkan di dalam jangka panjang, nahkoda
tersebut harus berusaha agar kapalnya dapat mencapai tujuan yang diinginkan /
dicita-citakan. Tentu saja dalam kenyataannya perjalanan kapal yang
dinahkodainya tidah semulus yang direncanakan, banyak sekali rintangan dan
masalah yang selalu mengintai dan harus siap dipecahkan begitu muncul
menghadangnya.
Di
dalam jangka panjang pemerintah harus menghantarkan masyarakat indonesia kepada
kemakmuran, kesejahteraan lahir dan batin serta harus menghadapi masalah jangka
panjang sperti masalah pertumbuhan ekonomi. Sedangkan di dalam jangka pendek
pemerintah dituntut untuk selaludapat membantu menciptakan iklim usaha yang
kondusif / mendukung semua pihak. Sedangkan dipihak lain masih harus menghadapi
masalah-masalah ekonomi jangka pendek yang terkenal dengan istilah “tiga
penyakit pokok ekonomi”. Dan sesungguhnya keberhasilan pemerintah dalam jangka
panjang tidak terlepas dari kemampuannya menangani masalah-masalah ekonomi
jangka pendek ini.
A.PENGANGGURAN
Meskipun
banyak jenis pengangguran yang muncul dalam perekonomian indonesia, namun
secara umum pengangguran akan lebih banyak memberi dampak yang kurang baik bagi
kegiatan ekonomi negara.Penggangguran akan menyebabkan perekonomian berada
kondisi dibawah kapasitas penuh, suatu kapasitas yang dihaparkan. Pengangguran
juga akan menyebabkan beban angkatan kerja yang benar-benar produktif menjadi
semakin berat, disamping secara sosial pengangguran akan menimbulkan kecenderungan
masalah-masalah kriminalitas dan masalah sosial lainnya.
Dari seluruh penduduk Indonesia,
kita bagi dalam penduduk usia kerja (PUK), yakni penduduk yang memiliki usia
‘pantas’ kerja yakni antara 15 tahun sampai 65 tahun. Meskipun pada
kenyataannya, seperti negara berkembang lainnya, penduduk denga usia di bawah
10 tahunpun telah bekerja. Sedangkan secara umum penduduk diluar usia kerja
tersebut dinamakan penduduk diluar usia kerja (PUK), yakni bara ballita dan
manula. Dari PUK masih dibagi angakatan kerja (AK) dan bukan angkatan kerja
(BAK). AK adalah mereka yang memiliki usia kerja yang seharusnya sedang bekerja
atau sedang mencari pekerjaan. Sedangkan BAK adalah mereka yang secara usia
berada dalam kelompok usia kerja, namun karena keadaan dan kondisi tertentu
yang membuat mereka belum mendapat bekerja, yakni para pelajar, ibu rumah
tangga, dan mereka yang menderita cacat. Kelompok AK selanjutnya dibagi menjadi
kelompok yang bekerja (B) dan tidak bekerja (TB). Kelompok TB inilag yang
benar-benar merupakan pengangguran, karena mereka berada dalam usia kerja, dan
mereka tidak mencari ilmu, tidak juga seorang ibu rumah tangga, maupun cacat
namun tida tersedia bekerja. Inilah yang kemudian menjadi beban masyarakat.
Sedangkan kelompok kerja adalah angkatan kerja yang benar-benar bekerja dan
dibagi dalam bekerja penuh (BP) dan setengah bekerja (SB). Yang dimaksud dengan
bekerja penuh adalah angkatan kerja yang memiliki jam kerja standar (7-8 jam
kerja sehari). Sedangkan setengah bekerja adalah angkatan kerja yang hanya
bekerja kurang dari jam kerja standar. Mungkin disebabkan sistem kerja shift
yang diterapkan oleh perusahaan. Setengah bekerja ini sendiri masih dibagi
menjadi setengah bekerja kelihatan dan setengah bekerja yang tidak kelihatan.
Adapun
jenis-jenis pengangguran yang dapat disebutkan diantaranya adalah :
• Pengangguran Friksionil, yakni
pengangguran yang terjadi karena seseorang memilih mengganggur sambil menunggu
pekerjaan yang lebih baik, yang memberikan fasilitas dan keadaan yang lebih baik.
• Pengangguran Struktural, yakni pengangguran yang terjadi karena seseorang
diberhentikan oleh perusahaan, karena kondisi perusahaan yang sedang mengalami
kemunduran usaha, sehingga terpaksa mengurangi tenaga kerja.
• Pengangguran teknologi, adalah pengangguran yang terjadi karena mulai
digunakannya teknologi yang menggantikan tenaga manusia.
• Pengangguran Siklikal, yakni penganggura yang terjadi karena terjadinya
pengurangan tenaga kerja yang secara menyeluruh, dikarenakan kemunduran dan
resesi ekonomi.
• Pengangguran Musiman, yakni pengangguran yang terjadinya dipengaruhi oleh
musim. Jenis pengangguran ini sering terjadi pada sektor pertanian.
• Pengangguran Tidak Kentara, yakni pengangguran yang secara fisik dan sepintas
tidak kelihatan, nmun secara eknomi dapat dibuktikan bahwa seseorang tersebut
sesungguhnya menganggur.
Ada beberapa rasio yang berkaitan
dengan pengangguran tersebut. Rasio-rasio tersebut diantaranya adalah :
• Dependency ratio, rasio ini
menggambarkan seberapa besar beban secara ekonomi yang sebenarnya ditanggung
oleh penduduk usia kerja terhadap penduduk diluar usia kerja.
• Tingkat partisipasi angkatan kerja, adalah rasio yang mengukur seberapa besar
dari penduduk yang berada dalam usia kerja yang benar-benar merupakan angkatan
kerja.
B.INFLASI
Banyak sudah komentar, pendapat, dan pandangan mengenai apa yang disebut dengan
inflasi. Jika didengarkan secara sepintas tampaknya komentar-komentar tersebut
lebih mengarah pada suatu kesimpulan bahwa inflasi tersebut berbahaya, inflasi
itu sesuatu yang buruk bagi perekonomian. Tidak jarang pula inflasi harus
menerima tuduhan sebagai penyebab gagalnya berbagai kegiatan ekonomi suatu
negara.
Beberapa poin penting mengenai
inflasi, bahwa inflasi ini terjadi :
• Di warnai kenaikan harga-harga komoditi secara umum, atau dapat dikatakan
hampir setiap komoditi mengalami kenaikan.
• Dapat diketahui dan dihitung jika telah berjalan dalam kurun waktu tertentu
dan dalam wilayah tertentu. Di Indonesia sendiri digunakan waktu sebulan atau
setahun dalam mengetahui terjadinya dan besarnya inflasi yang terjadi.
Dengan demikian jika kenaikan harga
tidak menyeluruh atau jika menyeluruh namun hanya terjadi dalam kurun waktu
yang sangat singkat dan dalam wilayah tertentu yang terbatas, maka istilah
inflasi menjadi agak kurang tepat disebutkan
Banyak ahli ekonomi kemuadian mengulas
dan kemudian membagi inflasi ini menjadi beberapa pengertian menurut beberapa
sudut pandang. Perekonomian Indonesia sendiri pernah mengalami keempat istilah
tersebut. Jika dilihat dari sebab-sebab kemunculannya dibagi dalam :
• Inflasi karena naiknya permintaan
Inflasi karena naiknya permintaan
yakni inflasi yang terjadi karena adanya gajala naiknya permintaan secara umum,
sehingga sesuai dengan hukum permintaan maka hargapun secara umum akan
cenderung naik.
• Inflasi yang terjadi karena naiknya biaya produksi
Inflasi yang kedua ini terjadi jika
kecenderungan naiknya harga lebih diakibatkan karena naiknya biaya produksi,
seperti naiknya upah tenaga kerja, naiknya harga bahan baku dan penolong, dan
sejenisnya. Jika ini yang terjadi akibatnya adalah lebih buruk dari inflasi
yang disebabkan karena naiknya permintaan masyarakat.
• Inflasi yang berasal dari dalam negeri
Yang dimaksud dengan inflasi dari
dalam negeri adalah inflasi yang terjadi dikarenakan peristiwa-peristiwa yang
terjadi di dalam negeri seperti misalnya peredaran uang di dalam negeri yng
terlalu banyak. Peredaraan uang yang banyak akan menyebabkan kepercayaan
masyarakat kepada uang menjadi berkurang (karena mendapatkan uang relatif
mudah), dengan kata lain jumlah uang yang beredar lebih banyak dari yang
dibutuhkan.
• Inflasi yang berasal dari luar negeri
Inflasi yang terjadi di negara lain
sering kali merembet ke negara Indonesia. Proses terjadinya diawali dengan
masuknya komoditi import yang telah terkena inflasi (harga naik) di negara asalnya.
Sehingga komoditi impor tersebut kita beli dengan harga yang mahal pula. Jika
kemudian komoditi tersebut kita olah sebagai bahan baku untuk sebuah produk,
maka tentu harga produk tersebut akan menjadi mahal. Dengan demikian semakin
banyak kita mengimpor komoditi-komoditi yang telah terkena inflasi di negara
asalny, maka semakin terbuka kemungkinan terjadinya inflasi di Indonesia.
Jika kita perhatikan, maka inflasi memang akan membawa dampak yang kurang baik
bagi beberapa aspek kegiatan ekonomi masyarakat, diantaranya :\
• Pertama, inflasi akan menjadikan turunnya pendapatan riil masyarakat yang
memiliki penghasilan (kenaikkan pendapatannya) dengan kenaikkan harga yang di
sebabkan karena inflasi. Sebaliknya, bagi mereka yang memiliki penghasilan yang
dinamis (pedagang atau pengusaha) justru biasanya akan mendapatkan manfaat dari
adanya kenaikan harga tersebut, dengan cara menyesuaikan harga jual produk yang
dijualnya. Dengan demikian pendapatan yang mereka perolehpun secara otomatis
akan menyesuaikan, dan tidak jarang dengan prosentase yang lebih besar.
• Kedua, inflasi menyebabkan turunnya nilai riil kekayaaan masyarakat yang
berbentuk kas, karena nilai tukar kas (uang misalnya) tersebut akan menjadi
kecil, karena secara nominal harus menghadapi harga komoditi per satuan yang
lebih besar.
• Ketiga, inflasi akan menyebabkan nilai tabungan masyarakat menjadi turun,
sehingga orang akan cenderung memili menginvestasikan uangnya dalam aktiva yang
lebih baik, daripada menabungknnya ke bank. Dengan gejala ini, tentulah akan
mengoyahkan dunia perbankan sebagai salah satu sumber perolehan dana yang cukup
penting di Indonesia.
• Keempat, inflasi akan menyebabkan laju pertumbuhan ekonomi Indonesia menjadi
terhambat, sebagai contoh, dari sektor perdagangan luar negeri, maka komoditi
ekspor Indonesia menjadi tidak dapat lagi bersaing dengan komoditi sejenis di
pasar dunia. Dari sektor kurs valuta asing sendiri, maka akan menyebabkan nilai
rupiah mengalami depresiasi/ penurunan nilai. Akibatnya nilai hutang luar negeri
Indonesia menjadi membengkak. Dan masih banyak akibat-akibat kurag baik dari
adanya inflasi.
Meskipun banyak orang lebih melihat inflasi sebagai suatu yang merugikan, namun
ada beberapa sisi positif dari adanya inflasi ini, yakni :
• Inflasi yang terkendali menggambarkan adanya aktivitas ekonomi dalam suatu
negara
• Inflasi terkendali merangsang masyarakat untuk terus berusaha bekerja keras
untuk meningkatkan kesejahteraannya, agar tetap dapat mengikuti penurunan nilai
riil pendapatannya.
Sumber : http://pemudadepok.blogspot.com/2012/03/artikel-8-masalah-pokok-perekonomian.html